Minggu, Agustus 29, 2010

Tugas Kelas 8

1. Bentuk sederhana dari 3x – 2y + 7 + 5x + 6y – 3 adalah …

     a. 4y – 2x + 10                       c. -2x + 4y – 4

    b. 4y – 2x – 10                       d. -2x + 4y + 4


2. Bentuk paling sederhana dari : 2a(ab + 3a + b2) – b(a2 – ab + b) adalah …

    a. a2b + 6a2 + ab2 + b2

    b. a2b + 6a2 + ab2 – b2

    c. a2b + 6a2 + 3ab2 + b2

    d. a2b + 6a2 + 3ab2 – b2


3. Jumlah dari x – 3y + 5 dan x + y – 7 adalah …

    a. 2(x – y – 1)       c. 2x – 4y – 2

    b. 2(x + y – 1)      d. 2x + 4y – 2


4. Jumlah dari 2p(3 + q) dari 2(7 – y) adalah …

    a. 6p – q          c. 6p + 4pq + q

    b. 6p + q         d. 6p – 4p – 4pq – q


5. Hasil pengurangan 3(y – 1) dari 2(7 – y) adalah …

    a. 13 + 5y               c. 17 – 5y

    b. 13 – 5y              d. 17 + 5y


6. Hasil dari (2x – 3)(x + 1) adalah …

    a. 2x2 – x – 3        c. 2x2 – 5x + 3

   b. 2x2 + x – 3        d. 2x2 + 5x – 3


7. Hasil dari (3x – 5)(x – 2) adalah …

    a. 3x2 – 11x + 10     c. 3x2 – 11x – 10

    b. 3x2 – 11x + 10    d. 3x2 + x – 10


8. Hasil dari (5x – y)2 adalah …

     a. 5x2 – 10xy – y2       c. 25x2 + 10xy + y2

    b. 25x2 – 10xy – y2     d. 25x2 – 10xy + y2


9. Pemfaktoran dari 12x2y – 8xy2 adalah …

    a. 4xy(3x + 2)             c. 4y(3x2 + 2xy)

    b. 4xy(3x – 2y)          d. 4x(3xy + 8y2)


10. Pemfaktoran dari p(q + r) – s(q + r) adalah …

      a. (p – s)(q – r)       c. (p + s)(q + r)

      b. (p – s)(q + r)       d. (p + s)(q – r)


11. Pemfaktoran dari 9m2 – 6m + 1 adalah …

       a. (3m – 1)2           c. (3m – 1)(3m + 1)

      b. (3m + 1)2           d. (9m – 1)(m + 1)


12. Pemfaktoran dari 4x2 – 9y2 adalah …

     a. (4x – y)(x + 9y)       c. (2x – 3y)(2x + 3y)

     b. (4x + y)(x – 9y)       d. (2x – 3y)2


13. Pemfaktoran dari (a + b)2 – c2 adalah …

      a. (a + b – c)(a + b – c)      c. (a + b + c)(a + b + c)

     b. (a – b + c)(a + b – c)     d. (a + b + c)(a + b – c)


14. Pemfaktoran dari x2 – 2x – 15 adalah …

       a. (x + 3)(x + 5)       c. (x – 3)(x + 5)

        b. (x + 3)(x – 5)      d. (x – 3)(x – 5)


15. Pemfaktoran dari 4x2 – 11x + 6 adalah …

       a. (4x – 3)(x + 2)       c. (4x + 3)(x + 2)

       b. (4x – 3)(x – 2)       d. (4x – 1)(x – 6)




Jumat, Agustus 06, 2010

Menyambut Puasa Ramadhan



Barangsiapa yang bergembira datangnya bulan ramadhan, diharamkan Allah jasadnya menyentuh api neraka. (H.R. al-Nasa’i). Kalaulah seandainya umatku tahu keutamaan bulan puasa, tentu mereka akan meminta supaya bulan yang ada dijadikan puasa selamanya… (H.R. Ibn Mazah). Kutipan hadits di atas menyebutkan bahwa kegembiraan yang muncul dalam diri dalam menyambut datangnya puasa di bulan ramadhan dapat membebaskan diri kita dari api neraka terkesan sangat sederhana. Tetapi diartikan terkesan sangat mendalam dan sekaligus memunculkan pertanyaan apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kegembiraan disini?. WASPADA Online

Barangsiapa yang bergembira datangnya bulan ramadhan, diharamkan Allah jasadnya menyentuh api neraka. (H.R. al-Nasa’i). Kalaulah seandainya umatku tahu keutamaan bulan puasa, tentu mereka akan meminta supaya bulan yang ada dijadikan puasa selamanya… (H.R. Ibn Mazah). Kutipan hadits di atas menyebutkan bahwa kegembiraan yang muncul dalam diri dalam menyambut datangnya puasa di bulan ramadhan dapat membebaskan diri kita dari api neraka terkesan sangat sederhana. Tetapi diartikan terkesan sangat mendalam dan sekaligus memunculkan pertanyaan apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kegembiraan disini?.

Bagaimana mungkin hanya dengan kegembiraan saja mampu menyelamatkan kita dari penjara api neraka?, dan lebih menariknya lagi ditemukan sederetan hadits yang sama membicarakan tentang keistimewaan puasa tetapi bukanlah secara otomatis semua kita akan berhasil dalam melaksanakannya. Pelaksanaan ibadah puasa memang merupakan suatu yang cukup fenomenal dalam kehidupan bahwa sepanjang hayat kita setiap tahunnya selalu berjumpa dengan puasa tetapi kita sering kali gagal dalam mengaktualkanya dalam kehidupan, bahkan cenderung setelah puasa kita semakin memperturutkan hawa nafsu.

Makanya untuk puasa kali ini sangat tepat dijadikan sebagai titik awal untuk penempaan diri, karena memang puasa memiliki karakter tersendiri dibanding ibadah lainnya (tanpa bermaksud menganggap ibadah lainnya kurang penting), baik dari aspek pelaksanaan hingga aplikasinya yang langsung sebagai ‘peraktek lapangan’ bagi orang-orang yang melaksanakanya. Tulisan yang singkat ini akan mencoba melihat apa sebenarnya yang dimaksud dengan kegembiraan disini, tetapi bukan hanya semacam kata tanpa makna melainkan diperlukan pemahaman yang utuh dalam menangkap maknanya. Hal ini perlu untuk dipertegaskan kita masih kesan puasa sebagai suatu yang biasa. Padahal kegembiraan tersebut bukan dalam artian yang serimoni melainkan adanya upaya konsisten untuk berusaha menerjemahkan segala makna yang terdapat dari pelaksanaan puasa tersebut.

Puasa: Kegembiraan dan Aktualisasi
Perintah pelaksanaan puasa dalam Al-quran menggunakan terma "kutiba" yang sangat ekplisit tanpa perlu diinterprestasikan semua kita akan sepakat kalau itu merupakan perintah kewajiban yang tidak dapat ditawar. Secara teknis tentu pemilihan kata itu memiliki implikasi tersendiri bahwa pelaksanaan puasa memiliki tujuan tersendiri bagi manusia khususnya dalam pembentukan karakter diri, baik pribadi maupun dalam interaksi sosial, dan harus diakui bahwa semua ibadah merupakan training untuk mencapai seperangkat tujuan.

Sebagaimana ibadah shalat bertujuan membentuk pribadi yang selalu terjaga dari segala prilaku tidak bermoral (Q.S. al-‘Ankabut: 45), zakat untuk membersihkan harta dari segala noda keserakahan (Q.S. al-Tawbah: 103), haji untuk mencapai kebaikan yang tinggi (H.R. Tirmizi), dan juga puasa memiliki target untuk mencapai ketakwaan sejati (Q.S. al-Baqarah: 138) yang tumbuh dalam diri tidak adanya pemisahan antara ketakwaan kepada Tuhan dengan kesalehan sosial sebagaimana yang diajarkan dalam berpuasa harus terbangun senergik dalam diri. Ketakwaan ini memiliki peran penting dalam membangun kehidupan disebabkan kita sering terjebak dalam perangkat dominasi di antara keduanya menjadikan diri kita ‘pincang’ berakibat lahirlah sikap mendua dalam menginternalisasikannya dalam bentuk kepatuhan akan perintah Tuhan.

Dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan semata, tetapi tidak memiliki kepekaan kemanusiaan dengan tega bersenang dan berfoya hanya untuk meningkatkan status sosial tanpa memperdulikan sekitarnya yang terpuruk oleh kemiskinan. Disinilah sebenarnya posisi puasa ingin menjembatani antara dua kepentingan tersebut dengan melakukan harmonisasi nilai kemanusiaan dan ke Ilahian sekaligus yang diharapkan tumbuh dan berkembang menyatu keduanya dalam diri sehingga menciptakan manusia yang benar-benar sempurna dalam artian terpenuhinya kebutuhan material kemanusiaan dan nilai pritual ke Tuhanan sekaligus sebagai karakter dari tujuan ketakwaan yang ditawarkan dalam pelaksanaan ibadah puasa.

Sehingga tidak mengherankan kalau puasa dalam perspektif hadits disebut-sebut sebagai ibadah yang akan mengantarkan pelaksananya kepada kebaikan sesungguhnya, tetapi juga sebaliknya harus disadari bahwa tidak sedikit juga kita diingatkan bahwa dalam pelaksanannya banyak yang gagal hanya mendapatkan lapar dan haus semata (H.R. al-Nasa’i dan Ibn Mazah), karena kita tidak mampu menangkap pesan moral apa yang terkandung didalam, dan tentunya jaminan Tuhan akan terbebas dari api neraka tidak akan pernah didapatkan.

Selain itu harus dipertegas salah satu aspek terpenting lainnya dalam puasa adalah menahan diri (imsa’) (Q.S. al-Baqarah: 187) baik dari segala tindakan yang dapat menghilangkan nilai luhur puasa terlebih lagi membatalkannya. Sebagai indikasi bahwa orang yang berpuasa harus mampu menjaga diri dari segala bentuk prilaku yang tercela sebagai persyaratan utama dalam upaya memfungsikan puasa sebagai media menyemai benih kemuliaan dan mengikis habis segala bentuk dosa dalam kehidupan (Q.S. al-Ahzab: 35).

Nampaknya inilah yang dimaksud dengan bergembira dari kutipan hadits di atas bahwa kita harus memanfaatkan kesempatan tersebut secara baik dengan melaksanakannya secara totalitas kemampuan yang dimiliki. Karena puasa tersebut hanya dapat dilakukan dengan adanya semangat yang sungguh dibuktikan ketukan perintah puasa melalui hati orang beriman sebagai bukti hanya orang berimanlah yang dapat melaksanakannya secara baik dan yang pantas bergembira akan datangnya puasa tersebut. Tanda kegembiraan itu sebenarnya dapat dilihat pada saat berbuka setelah satu harian penuh menahan segala dahaga tetapi berbuka dalam keadaan tetap terkontrol dengan baik tidak memperturutkan hawa nafsu dan memakan sesuatu setelah diperbolehkan menunjukkan puasa juga mengajarkan kedisiplinan bagi akan pentingnya aturan sebagai upaya menata kehidupan secara baik dan terarah.

Lebih dari pada itu semua, yang paling menggembirakan dalam berbuka disini dapat diinterpretasikan telah berhasil lulus ‘sekolah’ puasa dengan melaksanakan segala aturan yang dibebankan dan menjauhi larangannya yang diharapkan semua nilai yang ada dalam puasa berhasil menyatu dalam diri dengan munculnya sikap segala bentuk pelaksanaan puasa dalam kehidupan diluar pelaksanaan ibadah tersebut. Dengan demikian tentunya untuk mempersiapkan diri secara maksimal dalam menyambut puasa merupakan pilihan yang tetap bagi kita supaya dapat menjadikan puasa tahun ini harus lebih membekas dari tahun sebelumnya. Karena tidak ada yang dapat menjamin kalau tahun depan kita masih dapat melaksanakan puasa sebagaimana yang akan kita hadapai, dan akhirnya dapat dikatakan tidak akan pernah berhasil mewujudkan semangat puasa dalam realitas kehidupan kecuali adanya ketulusan untuk lebih baik dari sebelumnya.

Selamat menunaikan ibadah puasa tahun 1431 H.


Senin, Juli 26, 2010

pre test bilangan bulat

1. 9 × 123 = 9 × (100 + 20 + …)

= (9 × 100) + (9 × …) + (9 × …)

= … + … + …

= ….

2. 87 × 4 = (80 + …) × 4

= (80 × 4) + ( … × 4 )

= … + …

= ….

3. 6 × 56 = 6 × (60 – …)

= (6 × …) – (6 × …)

= … – …

= ….

4. 5 × 78 = 5 × ( … – 2)

= (5 × …) – (5 × …)

= … × …

= ….

5. (4 × 9) + (4 × 1)

= 4 × ( … + …)

= 4 × …

= ….

6. (32 × 2) + (18 × 2)

= (32 + …) × 2

= … × 2

= ….

7. (12 × 3) + (43 × 3) + (45 × 3)

= (12 + … + 45) × 3

= … × 3

= ….

8. (5 × 87) – (5 × 6) + (5 × 9)

= 5 × ( … – 6 + 9)

= 5 × …

= ….

Jumat, Juli 16, 2010



Penulisan Angka dan Lambang Bilangan (EYD)
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
Bentuk angka biasa : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Bentuk angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L, C, D, M, V

Jika dibandingkan, maka kedua bentuk angka tersebut adalah sebagai berikut:
I = 1
II = 2
III = 3
V = 5
X = 10
L = 50
C = 100
D = 500
M = 1000

Perlu diingat bahwa penambahan dan pengurangan nilai dengan menuliskan angka tambahan dan pengurangan di belakang dan depan bilangan sebelumnya hanya dapat dilakukan paling banyak tiga kali untuk penambahan dan satu kali untuk pengurangan.
Contoh:
V = 5
VI = 6 (penambahan satu kali)
VIII = 8 (penambahan tiga kali)
IX = 9 (penambahan satu kali)
X = 10

Demikian juga halnya terhadap lambang bilangan Romawi yang lain.
Contoh:
L = 50
LI = 51 (adalah 50 + 1)
XL = 40 (salah jika XXXX)
LXV = 65 (adalah 50 + 15)
LIX = 59 (adalah 50 + 9)
MCMXCIX = 1999

2. Angka digunakan untuk menyatakan:
a. Ukuran panjang;
b. Ukuran berat;
c. Ukuran isi;
d. Satuan waktu; dan
e. Nilai uang.
Contoh:
a. Ukuran panjang
15 meter (15 m)
0,5 kilometer (0.5 km)
123 desimeter (123 dm)

b. Ukuran berat
145 kilogram (145 kg)
1,5 gram (1,5 g)
703 kwintal (703 kw)

c. Ukuran isi
6 liter (6 l)
48 kubik (48 kubik)

d. Satuan waktu
2 jam 38 menit
pukul 13.00
30 Nopember 1988

e Nilai uang
1000 rupiah (Rp 1000,00)
50 dolar Amerika
10 pon Inggris

3. Angka juga lazim dipakai untuk menandai nomor rumah, jalan, apartemen, hotel, atau kamar pada alamat (kediaman seseorang) Contoh:
Jalan Pahlawan No. 140
Hotel Mesra, Kamar 500
Jalan Sulaksana III No. 54

4. Angka dugunakan juga untuk menomori karangan atau bagian-bagiannya. Contoh:
Bab V, Pasal 8, halaman 34
Bab XII, Pasal 23, halaman 4

5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan dengan cara memisahkan tiap-tiap bagian kata. Contoh:
23 dua puluh tiga (benar)
duapuluh tiga (salah)
134 seratus tiga puluh empat
508 lima ratus delapan

6. Penulisan bilangan pecahan Contoh:
1/2 = setengah
3/4 = tiga perempat
4/16 = empat perenam belas
3 2/3 = tiga dua pertiga
10% = sepuluh persen
0,2 = dua perpuluh
2,5 = dua lima perpuluh, atau dua setengah
1,09 = satu sembilan perseratus

7. Penulisan kata bilangan tingkat (bertingkat) dapat dilakukan dengan cara memakai angka biasa, angka Romawi, atau dengan mempergunakan huruf. Contoh:
a. Dengan angka biasa:
Dia anak ke-2 dari keluarga Paman
Bacalah Bab-3!

b. Dengan angka Romawi:
Ia adalah keturunan Hamengku Buwono IX
(dibaca Hamngku Buwono kesembilan)
Kakakku sekarang berkuliah pada tingkat VI
(dibaca tingkat keenam)

c. Dengan huruf:
Sekarang masik abad kedua puluh
Di keluarganya ia termasuk anak kelima
Ali adalah pemenang keseratus sepuluh

8. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an. Contoh:
a. Contoh dengan angka biasa:
Lagu itu terkenal pada tahun 80-an.
Tukarkan uang 5.000-an dengan 1.000-an.

b. Contoh dengan huruf:
Usianya sekitar tujuh puluhan.
Uangnya jutaan.
Tukarkan uangku dengan lima ribuan.

9. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf (tidak dengan angka biasa), kecuali jika terdiri atas beberapa lambang bilangan yang dirinci secara berurutan sebagaimana halnya dalam bentuk paparan. Contoh:
Dalam sehari ia makan dua kali.
Usianya dua puluh tahun.
Dari 50 peserta, 15 orang ikut, dan 35 orang lainnya tidak ikut.
30 remaja putri, 15 remaja putra, dan 10 balita.

10. Lambang bilangan pada awal kalimat harus senantiasa ditulis dengan huruf. Contoh:
Enam belas tahun yang lalu ia meninggal.
Lima saudaranya laki-laki semua.
Dua ratus para calon mahasiswa diterima.

Catatan:
Harus diingat bahwa angka biasa tidak dapat diletakkan pada awal kalimat. Oleh sebab itu harus diupayakan dengan mengubah susunannya sehingga memungkinkan tidak adanya angka biasa pada awal kalimat.

Perhatikan ketentuan di atas kemudian perhatikan pula contoh kalimat di bawah ini!
15 orang diberangkatkan. (salah)
Lima belas orang diberangkatkan. (benar)
Diberangkatkan 15 orang. (salah)
Diberangkatkan 15 laki-laki, 12 wanita. (benar)
Dipanggil 115 orang. (salah)
Seratus lima belas orang dipanggil. (benar)

11. Angka yang menyatakan bilangan bulat yang nilainya besar dapat dieja sebagian agar lebih mudah dibaca. Contoh:
Modal industri kecil mencapai 200 juta rupiah.

12. Khusus untuk dokumen resmi, angkanya perlu dituliskan pula dengan huruf. Misalnya pada kuitansi atau akta-akta perjanjian. Contoh:
Pada kuitansi sering ditulis:
Banyaknya uang terbilang : Dua puluh ribu lima ratus rupiah.
Tercatat juga : Rp. 20.500,00

13. Penulisan lambang bilangan dengan mempergunakan angka dan huruf pada dokumen atau akta harus secara tepat menunjukkan nilai (jumlah) yang sama. Contoh:
Bersama ini kami kirim 80.898 (delapan puluh ribu delapan ratus sembilan puluh delapan) bata merah.

Wallahu'alam bi shawab